twitter



Masa depan suatu bangsa terletak di tangan para generasi mudanya.
Setiap menjelang tahun ajaran baru,hampir semua orangtua bingung mencari sekolah yang tepat untuk anak-anaknya. Sebagai orangtua tentu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tentunya orangtua berharap sekolah yang dipilih akan mampu menjadi tempat mengembangkan kemampuan anak secara optimal.
Sekolah yang berkualitas tinggi tidak harus mahal. karena sekolah yang mahal belum tentu terjamin kualitasnya.
Berikut 10 hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan orangtua untuk mengambil keputusan dalam memilih sekolah lanjutan :
1. Libatkan anak ketika memilih sekolah, anak akan merasa bangga karena diberi kesempatan melakukan hal yang penting. Disisi lain anak akan lebih bertanggungjawab sebab sekolah yang dimasukinya adalah pilihan sendiri.
2. Ketahui Visi dan Misinya, sekolah yang baik memiliki visi dan misi yanng jelas,terukur dan relistis. Pernyataan visi dan misi dapat terpotret dari aspek keagamaan,akademis,mental,perilaku,kecakapan hidup,kemandirian dan kewirausahaan. Oleh sebab itu orangtua seharusnya tidak terjebak pada istilah-istilah sekolah favorit,unggulan,plus dll. Sekolah yang baik adalah sekolah yang mampu menggali,mengembangkan dan mengoptimalkan seluruh potensi peserta didiknya.
3. Porsi Pendidikan Akhlak, di era sekarang ini dimana banyak kasus yang menimpa generasi penerus kita termasuk para pelajar, mulai dari kasus tawuran,narkotik,pergaulan bebas dan perbuatan menyimpang. maka peran pendidikan agama menjadi utama dalam membentuk kharakter dan perilaku siswa
4. Kurikulum pembelajaran, kurikulum bisa dikatakan sebagai jantungnya pendidikan. kebijakan kurikulum terbaru yaitu KTSP sangat memberikan keleluasan pihak sekolah untuk berkreasi dan berinovasi selama masih mengacu kepada standar kompetensi yang ditentukan.Kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah perlu dicermati apakah sudah mengoptimalkan bakat dan potensi peserta didik.
5. Profil Pendidik, guru merupakan ujung tombak pendidikan untuk mencetak dan mengkader generasi penerus yang didampakan. apalah artinya kurikulum yang ideal jika tidak didukung oleh pelaksananya yaitu sumber daya manusia yanng cakap.
6. Gedung dan Fasilitas, mulai dari bangunan fisik,dan seiring dengan kemajuan bidang informasi dan teknologi nampaknya fasilitas akses jaringan internet dan website sendiri dimana setiap stake holders dapat berinteraksi dan berkomunikasi di dunia maya. Hal ini sangat membantu orangtua untuk memantau perkembangan putra-putrinya secara cepat tanpa harus secara fisik datang ke sekolah.
7. Lokasi sekolah dan Lingkungan, jarak sekolah ke rumah,lingkungan sekitar dan sarana transportasinya. Sekolah yang berlokasi di pusat perkotaan atau keramaian dan sekolah yang berada di pinggiran dekat dengan suasana alam akan memepengaruhi anak dalam belajar.
8. Biaya Pendidikan, faktor biaya merupakan pertimbangan paling utama dalam memutuskan sekolah yang dipilih,terutama bagi masyarakat yang secara ekonomi kelas menengah ke bawah. sekolah-sekolah yang dianggap favorit,unggul maupun plus biasanya akan memasang biaya pendidikan yang tidak murah. Oleh karena itu,sebelum menentukan pilihan sekolah, orangtua diharapkan sudah mampu mengukur kemampuan secara ekonomi tentang biaya pendidikan yang harus dikeluarkan termasuk anggaran diluar program sekolah seperti uang saku, transportasi,kelengkapan sekolah dll.
9. Ketertiban dan Kebersihan sekolah, Siswa di sekolah harus merasa senang dan betah seperti ketika berada di rumahnya sendiri ( feels like second home )
10. Lihat prestasi dan keberhasilan alumninya, dalam memilih sekolah yang ideal adalah prestasi dan profil output-nya. Sekolah yang baik,selain unggul dalam proses,juga unggul pada hasilnya. keberhasilan alumni dapat diukur dari lulusan sekolah dapat diterima di sekolah lanjutan yang kualitasnya baik serta memiliki life skill yang cukup untuk mampu eksis di tengah masyarakat.



cerita ini merupakan catatan sejarah dalam sebuah keluarga di kota-kota besar.
setiap diri kita mempunyai catatan sejarah untuk dipelajari agar kita tidak mengulang kembali kesalahan-kesalahan yang sama.

Qu Kangen Ayah
Seperti biasa Rudi, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.
“Kok, belum tidur?” sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, “Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?”

“Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?”
“Ah, enggak. Pengen tahu aja.”
“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?”
Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.
“Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong,” katanya.
“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok,” perintah Rudi. Tetapi Imron tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?” “Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini?
Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah.”
“Tapi, Ayah…” Kesabaran Rudi habis.
“Ayah bilang tidur!” hardiknya mengejutkan Imron. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, “Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok’ kan bisa. Jangankan Rp 5.000,- lebih dari itu pun ayah kasih.”
“Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini.”
“Iya,iya, tapi buat apa?” tanya Rudi lembut.
“Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah,” kata Imron polos.
Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat.



kita semua tahu bangunan stadion olah raga ataupun gedung tempat pementasan kesenian.Kita juga belajar tentang ilmu hitung, ilmu bangun ruang atau geometri, perhitungan sudut, perhitungan waktu. Atau bahkan kita menyukai ilmu perbintangan, zodiak, ramalan bintang. Sesungguhnya darimana hal-hal tersebut berasal?

Semua hal tersebut berawal dari peradaban manusia di masa silam, yaitu peradaban kuno. Peradaban kuno yang tersebar di Asia, Afrika, dan Eropa yang meninggalkan jejak dan terasa pengaruhnya hingga saat ini.

Bangunan stadion, gedung pementasan kesenian mengadopsi bangunan peninggalan Romawi. Ilmu hitung, ilmu bangun ruang ( geometri ), perhitungan sudut, dan perhitungan waktu merupakan pengembangan dari peradaban bangsa Sumeria, Persia, Mesir, China dan Yunani. Ilmu perbintangan ( astronomi ) dan zodiak merupakan warisan peradaban Messopotamia, bangsa China, Yunani, dan Romawi. Sementara tata kota yang teratur dan rapi diilhami oleh peradaban kuno dari Mahenjo Daro-Harappa dan peradaban bangsa Romawi. Demikian pula hukum dan peraturan yang berlaku saat ini mengadopsi peradaban bangsa Sumeria. Peradaban-peradaban kuno tersebut mempunyai nilai dan peninggalan budaya yang tinggi yang menjadi dasar bagi perkembangan zaman berikutnya.

Dengan mempelajari peradaban kuno bangsa-bangsa Asia, Afrika, dan Eropa, diharapkan akan membuka cakrawala berpikir kita dan memperluas pemahaman tentang peradaban dan kebudayaan di dunia. Semoga kita dapat termotivasi untuk melahirkan peradaban baru yang tentunya lebih maju dan lebih berkarakter dari peradaban masa lalu..Mari kita mulai dari diri kita sendiri...dan hari ini....